Tulisan ini hanya sebuah coretan,
suatu bentuk pendapat pribadi
“Sepi
Ing Pamrih, Rame Ing Gawe”
Peribahasa itu pertama kali saya
dengar dari Bapak Guru (Bpk Ngariyanto) waktu Pelajaran Bahasa Jawa saat saya
duduk di bangku Sekolah Dasar. Kurang lebih arti dari peribahasa itu adalah
kerja keras itu tak perlu banyak pamrih. Saat itu, saya masih polos dan belum
begitu bisa menggali pesan apa yang sebenarnya ada dalam peribahasa dari
leluhur kita itu.
Seiring dengan berputarnya waktu dan
kehidupan, saya beranjak dewasa dan masih terngiang peribahasa itu dan ingin
tahu lebih dalam mengenai maknanya dan siapa sebenarnya seseorang yang mampu
mengaplikasikan peribahasa itu. Melihat beberapa aparat dan jajaran
pemerintahan yang begitu ruwetnya saat ini dan mengurusi berates-ratus juta
penduduk di Indonesia ini, apakah mereka bisa dikatakan telah melaksanakan
pesan leluhur kita, jika juga mengkaitkan begitu banyaknya rupuiah yang diambil
dengan sengaja oleh oknum-oknum tertentu yang tak bertanggungjawab. Apakah
seperti itu yang matching dengan rangkaian kata yang menjadi peribahasa indah
itu? Saya saya belum sesuai.
Lalu siapa dengan baju profesi apa
yang mampu menerapkannya? Manusia dengan sejuta kebutuhan dan bahkan
keinginannya tentu berharap lebih atas apa yang telah mereka lalukan. Ingin uang,
pangkat, pujian, dan hingga ketenaran. Ya manusiawi lah hal itu. Manusia yang
cenderung materialistis dan memang sudah hukumnya. Namun masih adakah seseorang
yang sedikit memiliki rasa ketulusan atas apa yang ia berikan kepada orang
lain?
Beruntung, kita masih menemui sosok
seorang perempuan dengan kelembutan hati dan kasih sayangnya, Beliaulah “IBU’.
Seseorang yang mampu memberikan apa yang dimilikinya, tak kenal lelah, bahkan
nyawa yang menjadi taruhannya demi sang buah hati dengan ketulusan hati, sepi
ing pamrih. Kasih sayangnya selalu mengalir, tak pernah surut dan tak pernah
berharap balasan dari seorang anak. Tak pernah berharap sepeser pun rupiah dari
buah hatinya. Ibu, seorang yang paling dekat, hebat dan jasanya tak dapat nilai
dengan apapun dalam kehidupan kita. Berkaitan dengan peribahasa itu Ibu lah
yang cocok menyandang makna ketulusan dalam peribahasa “ Sepi ing Pamrih, Rame
ing Gawe”.
Ibu,
aku sayang padamu.
No comments:
Post a Comment