Friday 20 July 2012

Hanya Ibu yang Bisa “Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe”


            Tulisan ini hanya sebuah coretan, suatu bentuk pendapat pribadi
“Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe”
            Peribahasa itu pertama kali saya dengar dari Bapak Guru (Bpk Ngariyanto) waktu Pelajaran Bahasa Jawa saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Kurang lebih arti dari peribahasa itu adalah kerja keras itu tak perlu banyak pamrih. Saat itu, saya masih polos dan belum begitu bisa menggali pesan apa yang sebenarnya ada dalam peribahasa dari leluhur kita itu.
            Seiring dengan berputarnya waktu dan kehidupan, saya beranjak dewasa dan masih terngiang peribahasa itu dan ingin tahu lebih dalam mengenai maknanya dan siapa sebenarnya seseorang yang mampu mengaplikasikan peribahasa itu. Melihat beberapa aparat dan jajaran pemerintahan yang begitu ruwetnya saat ini dan mengurusi berates-ratus juta penduduk di Indonesia ini, apakah mereka bisa dikatakan telah melaksanakan pesan leluhur kita, jika juga mengkaitkan begitu banyaknya rupuiah yang diambil dengan sengaja oleh oknum-oknum tertentu yang tak bertanggungjawab. Apakah seperti itu yang matching dengan rangkaian kata yang menjadi peribahasa indah itu? Saya saya belum sesuai.
            Lalu siapa dengan baju profesi apa yang mampu menerapkannya? Manusia dengan sejuta kebutuhan dan bahkan keinginannya tentu berharap lebih atas apa yang telah mereka lalukan. Ingin uang, pangkat, pujian, dan hingga ketenaran. Ya manusiawi lah hal itu. Manusia yang cenderung materialistis dan memang sudah hukumnya. Namun masih adakah seseorang yang sedikit memiliki rasa ketulusan atas apa yang ia berikan kepada orang lain?
            Beruntung, kita masih menemui sosok seorang perempuan dengan kelembutan hati dan kasih sayangnya, Beliaulah “IBU’. Seseorang yang mampu memberikan apa yang dimilikinya, tak kenal lelah, bahkan nyawa yang menjadi taruhannya demi sang buah hati dengan ketulusan hati, sepi ing pamrih. Kasih sayangnya selalu mengalir, tak pernah surut dan tak pernah berharap balasan dari seorang anak. Tak pernah berharap sepeser pun rupiah dari buah hatinya. Ibu, seorang yang paling dekat, hebat dan jasanya tak dapat nilai dengan apapun dalam kehidupan kita. Berkaitan dengan peribahasa itu Ibu lah yang cocok menyandang makna ketulusan dalam peribahasa “ Sepi ing Pamrih, Rame ing Gawe”.
Ibu, aku sayang padamu.

No comments:

Post a Comment